Thursday, May 16, 2019

BAB 5 : IKHTISAR BUKU NONFIKSI DAN NOVEL

May 16, 2019 0 Comments

Ikhtisar : Pengertian, Ciri, Fungsi, Cara Penyusun, Struktur Dan Contohnya


     Dikesempatan sebelumnya kita sudah membahas mengenai pengertian dari ringakasan, sedikit mengulang bahwa ringkasan adalah memiliki bentuk dari sebuah karangan yang masih memperlihatkan point dasar aslinya, sedikit berbeda dengan IKHTISAR yang merupakan sebuah penyajian singkat dari sebuah karangan asli yang tidak memberikan isi dari semua karang itu dengan secara proporsional, untuk lebih lanjut silahkan baca sampai habis :
Ikhtisar : Pengertian, Ciri, Fungsi, Cara Penyusun, Struktur Dan Contohnya
Pengertian Ikhtisar
     Ikhtisar merupakan sebuah penyajian singkat dari sebuah karangan asli yang tidak perlu memberikan seluruh isi dari karangan asli tersebut dengan secara proporsional atau dengan kata lain ikhtisar merupakan sebuah bagian yang sangat penting setelah membuat kesimpulan dan juga rekomendasi. Ikhtisar tersebut mengandung topik persoalan serta juga tujuan yang akan dicapai dengan melalui topik tersebut.
     Dalam hal tersebut, menurut Juhara “2003” ikhtisar merupakan sebuah penulisan dari pokok-pokok masalah penulisannya tidak diharuskan berurutan, boleh dengan secara acak atau juga disajikan dalam bahasa pembuat ikhtisar tanpa mengubah tema dari sebuah wacana. Ikhtisar tersebut berfungsi ialah sebagai garis-garis besar dari masalah di dalam sebuah wacana yang berukuran pendek atau sedang.
     Penulis ikhtisar tersebut dapat langsung mengemukakan inti atau pokok dari suatu masalah dan problematika pemecahannya. Sebagai ilustrasi, beberapa bagian atau isi dari beberapa bab, dapat diberikan untuk dapat menjelaskan inti atau pokok dari masalah tersebut. Sementara bagian lain yang kurang penting dapat dihilangkan. Dari segi bentuk ikhtisar ini lebih bebas dibandingkan ringkasan.
ikhtisar tersebut tidak perlu mempertahankan langkah / urutan dari isi karangan asli, selain hal itu ikhtisar itu juga tidak perlu memberikan isi dari karangan dengan secara profesional.

Ciri-Ciri Ikhtisar

Dibawah ini merupakan ciri-ciri ikhtisar yang diantaranya yaitu:
  1. Tidak mempertahankan urutan gagasan.
  2. Bebas mengkombinasikan kata-kata dengan syarat tidak menyimpang dari inti.
  3. Tujuannya untuk mengambil inti.

Kegunaan / Fungsi Ikhtisar

    Pentingnya iktisar dikarenakan kegunaan serta manfaat dalam mengambil inti pokok dari sebuah karangan, nah dibawah ini merupakan kegunaan dari iktisar, antara lain sebagai berikut:
  1. Untuk dapat mengembangkan ekspresi serta juga penghematan kata.
  2. Memahami serta juga mengetahui isi sebuah buku atau karangan.
  3. Membimbing serta menuntun seseorang agar dapat.

Cara Membuat Ikhtisar

     Diatas sudah dijelaskan ciri dan fungsi dari membuat iktisar, nah dibawah ini merupakan tata cara dalam membuat iktisar yang baik, yaitu :

Membaca naskah asli

     Langkah pertama dalam membuat ikhtisar ini ialah dengan membaca naskah asli dengan satu atau dua kali untuk dapat mengetahui kesan umum serta juga maksud pengaran dan beserta sudut pandangnya.

Mencatat gagasan utama

     Setelah si penulis sudah berhasil menangkap maksud, kesan umum, serta juga sudut pandang dari pengarang asli, maka langkah selanjutnya ialah dengan mencatat semua gagasan utama atau gagasan yang pokok /penting .

cara menyusun ikhtisar

  1. menetapkan tujuan membaca
  2. membaca dengan cermat
  3. mencatat gagasan utama
  4. menyusung kerangka tulisan
  5. memeriksa tulisan asli

Struktur kebahasaan ikhtisar

  1. Tidak mempertahankan gagasan
  2. Bebas mengkombinasikan kata-kata asal tidak menyimpan dari inti
  3. Tujuannya untuk mengambil inti

Contoh Ikhtisar

     Pada Tanggal 6 Agustus 1945 terjadi Peristiwa di bomnya Kota Hiroshima di Jepang

Keesokan harinya di tanggal 7 Agustus 1945 Dibentuknya PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ) atau Dokuritsu Junbi Inkai kemudian di tanggal 8 Agustus 1945 muncul Peristiwa di bomnya Kota Nagasaki di Jepang, setelah itu pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu, kemudian di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan, yang dikenal juga dengan sebutan Vocum of Power, pada tanggal 15 Agustus 1945 kemudian diadakan rapat oleh golongan muda serta jugagolongan tua tepatnya pada pukul 20.00 berlokasi di Lembaga Bakteriologi, Jl Pegangsaan timur, Jakarta, yang dipimpin oleh Chaerul Shaleh.
     Pada Golongan Muda itu ada Yusuf Kunto, Wikana, Darwis, Shodanco Latief Singgih Hendraningrat, Suhud, Sutan Sjahrir, Chaerul Shaleh. Pada Golongan Tuaitu ada Ir Soekarno, Moh Hatta, Ahmad Subardjo, dr Iwa Kusumantri, dr Samsi, dr Buntaran. Setelah itu Golongan muda mendesak pada golongan tua agar melaksanakan proklamasi kemerdekaan yang diumumkan langsung pada tanggal 16 Agustus 1945. Golongan tua tersebut menginginkan untuk rapat PPKI terlebih dahulu. Pada tanggal 16 Agustus 1945, pukul 04.00, Golongan Muda kemudian membawa Ir Soekarno, Moh Hatta, Fatmawati serta juga Guntur ke Rengasdengklok berlokasi di daerah Karawang, hingga Peristiwa Proklamasi tersebut dikenal juga dengan sebutan Peristiwa Rengasdengklok.

Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1945 akhirnya dilaksanakan perumusan Proklamasi Kemerdekaan di rumah TNI AL Jepang, Laksamana Tadashi Maeda, di Jl Imam Bonjol No 1 Jakarta.
     Sayuti Malik merupakan pengetik Naskah Proklamasi, pada tanggal 17 Agustus 1945, Akhirnya diputuskan untuk pembacaan teks Proklamasi yang awalnya akan dilaksanakan di lapangan IKADA, namun tidak jadi karena takut terjadi pertumpahan darah. Teks Proklamasi tersebut kemudian dibacakan di halaman rumah Ir Soekarno, di Jl Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.  Proklamasi tersebut dibacakan pada tahun 05, yang artinya tahun Showa/Jepang (2605), Apabila di Indonesia sama dengan tahun Masehi yakni tahun 1945.
     Intinya Ikhtisar itu berbeda dengan ringkasan meskipun  kedua istilah itu sering disamakan namun sesungguhnya iktisar dan ringkasan itu keduanya berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa ringkasan adalah suatu keterampilan memproduksi hasil karya yang sudah ada itu dalam bentuk yang singkat.

BAB4 : HIKAYAT

May 16, 2019 0 Comments

Pengertian Hikayat, Ciri, Unsur, Jenis dan Contohnya


HIKAYAT
Pengertian Hikayat – Dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat banyak sekali jenis  sastra atau prosa yang kita ketahui. Salah satu jenis prosa adalah Hikayat. Pada artikel ini mimin akan menjelaskan pengertian Hikayat dan Contohnya 🙂
Image result for hikayat
Menurut Wikipedia, Pengertian Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng.
Pada umumnya hikayat bercerita tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Hikayat merupakan istilah yang berasal dari Arab yakni dari kata “Haka” yang artinya bercerita atau menceritakan.

Fungsi Hikayat

Umumnya hikayat memiliki fungsi sebagai pembangkit semangat, penghibur atau pelipur lara, atau hanya untuk meramaikan suatu acara atau pesta.

Ciri-ciri Hikayat

Salah satu bentuk sastra prosa yang dikenal dengan Hikayat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Anonim
Anonim artinya pengarang dari hikayat umunya tidak dikenal.
Istana Sentris
Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan atau pusat ceritanya berada didalam lingkungan istana.
Bersifat Statis
Bersifat statis maksudnya tetap atau tidak banyak terjadi perubahan.
Bersifat Komunal
Bersifat komunal artinya menjadi milik masyarakat.
Menggunakan Bahasa Klise
Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
Bersifat Tradisional
Hikayat bersifat tradisional atau Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik.
Bersifat Didaktis
Bersifat didaktis atau mendidik baik Didaktis secara moral maupun didaktis secara religi.
Menceritakan Kisah Universal Manusia
Hikayat menceritakan kisah secara universal seperti peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik.
Magis
Cerita hikayat umumnya bersifat magis. Pengarang akan membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah.

Unsur Hikayat

Hikayat memiliki beberapa unsur yang harus dipenuhi yakni :
Tema
Tema merupakan ide atau gagasan yang mendasari sebuah cerita.
Latar
Latar ialah tempat, waktu, dan suasana yang digambarkan dalam suatu cerita hikayat.
Alur
Alur merupakan jalinan peristiwa dalam sebuah cerita yang terjadi dalam hikayat.
Amanat
Pengertian amanat adala suatu pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui sebuah cerita.
Tokoh
Tokoh adalah pemeran di dalam cerita, pemeran ini baik sebagai pemeran utama maupun pemeran pendukung. Penokohan sendiri merupakan penggambaran watak seorang tokoh.
Sudut pandang
Sudut pandang adalah pusat pengisahan darimana suatu cerita dikisahkan oleh si pencerita.
Gaya
Gaya sangat berhubungan dengan bagaimana si penulis menyajikan suatu cerita dengan menggunakan bahasa dan unsur-unsur keindahan lainnya.

Jenis-jenis Hikayat

Hikayat terbagi kedalam beberapa jenis baik dari isinya maupun dari asal daerahnya.
Jenis Hikayat berdasarkan Isinya
Dari Isinya hikayat terbagi ke dalam :
  • Cerita Rakyat
  • Epos India
  • Cerita dari Jawa
  • Cerita-cerita Islam
  • Sejarah dan Biografi
  • Cerita berbingkat
Jenis Hikayat Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalanya hikayat terbagi kedalam beberapa jenis yakni :
  • Melayu Asli
  • Contoh Hikayat Melayu Asli :
  • Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
  • Hikayat Si Miskin (bercampur unsur islam)
  • Hikayat Indera Bangsawan
  • Hikayat Malim Deman
Pengaruh Jawa
Contoh Hikayat yang memiliki pengaruh Jawa :
  • Hikayat Panji Semirang
  • Hikayat Cekel Weneng Pati
  • Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
Pengaruh Hindu (India)
Contoh Hikayat pengaruh India :
  • Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
  • Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
  • Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
  • Hikayat Bayan Budiman
Pengaruh Arab-Persia
Contoh Hikayat Pengaruh Arab-Persia
  • Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
  • Hikayat Bachtiar
  • Hikayat Seribu Satu Malam
Contoh Hikayat
Hikayat Abu Nawas – Ibu Sejati
Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda.
Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.
Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.
Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat.
Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggrl algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.
“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling memandang. Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog.
“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?”
“Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.
“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.” kata Abu Nawas mengancam.
Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.
“Jangan, tolongjangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu.” kata perempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua.
Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata. Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan .sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih senang menjadi rakyat biasa

Follow Us @soratemplates